delapan puluh kurang delapan
pasang bintang
menyapa setia menatapnya
hanya senyum
sebagai timpal jawaban
jawaban seiring guntur
temani tebaran
sewangi hujan melati
melati merah
dari awan yang terlilit
di dada langit
langit biru
sebiru panggilan
kubah di benaknya
mata dunia lagi gerhana
ia ngerti sekali
maka sejak kerikilnya
merudal dari ujung-ujung jemari
degup jantungnya sengaja
ia kirimkan berkali-kali
mungkin berbeda
dengan cerita yang kauterima
aku juga takut keliru
sebab di detaknya yang terbaru
ada janji lain yang ia rindu
datang menyerbu
bukan lagi tentang
bidadari-bidadari itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar